Rabu, 02 September 2015

KONSUMSI DAN GAYA HIDUP



Dr. Damsar, MA.1995.Sossiologi Ekonomi,ed.revisi. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada


Hal 119:123
Konsumsi berhubungan dengan masalah selera, identitas, atau gaya hidup. Sosiologi memandang selera sebagai sesuatu yang dapat berubah, difokuskan pada kualitas simbolik dari barang, dan tergantung pada persepsi tentang  slera dari orang lain. Menurut pandangan Weber selera merupakan pengikat kelompok dalam in-group. Aktor-aktor kolektif atau kelompok status berkompetisi dalam penggunaan barang-barang simbolik. Kebershasilan dalam kompetisi ditandai dengan kemampuan untuk memonopoli sumber-sumber budaya, akan meningkatkan prestise dan solidaritas kelompok dalam(1978).

Selain itu Veblen (1973) memandan selera sebagai senjata dalam berkompetisi . kompetisi tersebut berlangsung antar pribadi, antar seorang dengan orang lain. Jika dalam masyarakat tradisional keperkasaan seorang sangat dihargai sedangkan dalam masyarakat modern penghargaan diletakkan atas dasar selera dengan mengkonsumsi sesuatu yang merupakan refleksi dari pemilikan.
Komsumsi dapat dilihat sebagai pembentu identitas. Barang-barang simbolis dapat juga dipandang sumber dengan mana orang mengkonstruksi identitas dan hubungan-hubungan dengan orang lain yang menempati dunia simbolis yang sama.

Menurut Weber (1978) konsumsi terhadap suatu barang merupakan gambaran gaya hidup tertentu dari kelompok status tertentu. Konsumsi terhadap barang merukan landasan bagi penjenjangan dari kelompok status. 

Juga ditegaskan oleh Weber (1978:932), jika situasi kelas ditentukan secara murni oleh ekonomi  sedangkan situasi statsu ditentukan oleh penghargaan sosial terhadap kehormatan. Misalya pada beberapa masyarakat pedesaan di Indonesia  memberikan penghargaan sosial yang lebih tinggi pada kelompok status guru dibandingkan kelompok status pedagang, meskipun secara ekonomi pedagang mempunyai penghasilan yang lebih tinggi.  Tetapi seperti yang dinyatakan oleh Weber (1978:937), terjadi tumpang tindih antara kelompok kelas dan status. Hal itu disebabkan kelompok status tertentu mempunyai peluang yang lebih besar untuk masuk pada prolehan pendapatan yang lain. Seperti kasus guru di pedesaan, banyak diantara mereka mempunyai pekerjaan sampingan , menjadi pedagang misalnya. Mereka cenderung lebih berhasil melakukan aktivitas berdagang dibandingkan pedagang tulen. Karena masyarakat desa menggap guru sebagai orang jujur dan pendidik masyarakat maka guru dianggap tidak akan melakukan penipuan seperti  mengubah standar timbangan. Konsekuensi logisnya adalah masyarakat akan cenderung  berbelanja atau menjual hasil panen mereka  kepadanya. Keberhasilan ini disebabkan  oleh modal budayanya sebagai seorang guru. (hal 121:122)

Dalam perkembangan studi tentang gaya hidup menurut Hans Peter Mueller (1998) terdapat empat pendekatan dalam memahami gaya hidup, yaitu:

1.       Pendekatan psikolog perkembangan
Pendekatan ini berasumsi bahwa tindakan sosial tidak hanya disebabkan oleh teknik, ekonomi dan politik tetapi juga dikarenakan perubahan nilai. Pendekatan ini melihat gaya hidup, atas nilai dan kebutuhan yang dimiliki.

2.      Pendekatan kualitatif sosial struktur
Pendekatan ini mengukur gaya hidup berdasarkan konsumsi yang dilakukan seseorang: sangat berhasil (visible success), pemeliharaan (maintenance), sedang (high-life), dan konsumsi rumah tangga (home life). Pendekatan ini menggunakan sederetan daftar konsumsi yang mempunyai skala nilai (skala nominal, ordinal, atau yang lainnya), dengan membuat skala nilai maka pengukuran kuantitatif dapat dilakukan.

3.      Pendekatan kualitatif dunia kehidupan
Pendekatan ini memandang gaya hidup sebagai lingkungan pergaulan (miliu). Ia meletakan seseorang pada miliu yang ditentukan oleh keadaan hidup dan gaya hidup subyektif yang dimiliki.

4.      Pendekatan kelas
Pendekatan ini mempunyai pandangan bahwa gaya hidup merupakan rasa budaya yang diproduksi bagi kepentingan struktur kelas. 

SEKIAN JE YG BISA SAYA BAGI,, SUMBER INSYAALLAH VALID

Rabu, 07 Januari 2015

best friend

Di ujung kepasrahanku dan diawal keputusasaanku, tiba2 TUhan mengirimu, sebagai teman sebagai sahabat. Aku bersyukur dan merasa sangat senang, engkau datang sebagai harapan, semoga engkau menjadi kenyataan dari segala impian yang mampu diwujudkan melalui dirimu. Engkau teman, dan aku ingin kita sahabatan, meski engkau tak perlu sahabat seperti aku, tapi aku butuh sahabat seperti kamu. Aku tau ,, tidak apa2 nya diriku dibanding kehidupan lamamu ,, kau telah punya banyak sahabat, dan engkau telah punya banyak teman, namun aku yg perlu seorang teman seperti kamu. Aku senang bertemu denganmu ,, :)